HALAMAN PENTING

Rabu, 30 Januari 2013

Indera (Mata)


INDERA

Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan. Indra yang kita kenal ada lima, yaitu :
  1. Indra penglihat (mata)
  2. Indra pendengar (telinga)
  3. Indra peraba (kulit)
  4. Indra pengecap (lidah)
  5. Indra pencium (hidung).
Kelima indra tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya disebut eksoreseptor. Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor.
Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya interoreseptor terdapat di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu koordinasi dalam sikap tubuh disebut kinestesis.

A.    MATA
Gambar:Indera Penglihat
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata berada), kelopak, dan bulu mata.
Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga lapis dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
  • Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram (tidak tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Konjungtiva adalah lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi melindungi bola mata dari gangguan.


  • Koroid
Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam; merupakan lapisan yang berisi banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di bagian depan iris bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya lensa.
  • Retina
Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua, yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar.
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva disebut konjungtivitis.
Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis.
Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah masuknya mikroorganisme ke dalam mata.
Otot Mata
Ada enam otot mata yang berfungsi memegang sklera. Empat di antaranya disebut otot rektus (rektus inferior, rektus superior, rektus eksternal, dan rektus internal). Otot rektus berfungsi menggerakkan bola mata ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah. Dua lainnya adalah otot obliq atas (superior) dan otot obliq bawah (inferior).

Fungsi Mata
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna.
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar tampak paralel. Lihat Gambar 11.18. Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang jelas disebut pemfokusan.
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea. Cahaya dari obyek yang dekat membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan obyek yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat pembiasan dengan cara mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot siliari. Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai akibatnya lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi sehingga apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen suspensor bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa memanjang dan pipih.Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-berda disebut daya akomodasi.
Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa.

Pengembangan Bahan Pembelajaran Audio


Pengembangan Bahan Pembelajaran Audio
A.     Pengertian dan Karakteristik Bahan Pembelajaran Audio
Bahan pembelajaran audio dapat diartikan  bahan Belajar atau materi pelajaran yang  direkam pada pita magnetik/kaset audio atau Compact disk (CD) yang dapat  didengarkan kembali dengan menggunakan alat penampil tape recorder atau CD player. Program kaset audio/CD  ini dapat dipakai untuk  belajar secara perorangan/individual, kelompok, maupun klasikal.

Kelebihan bahan belajar kaset audio/CD antara lain sebagai berikut. 
1.      Memiliki fungsi ganda yaitu untuk merekam, menampilkan rekaman, dan menghapusnya.
2.      Dapat diputar berulang-ulang
3.      Dapat digunakan untuk belajar secara perorangan/mandiri maupun kelompok
4.      Mudah diperbanyak dan didistribusikan
5.      Mudah digunakan
6.      Praktis, karena mudah dibawa-bawa
7.      Pesan/materi pelajaran sudah tetap dan terpateri 8. Suasana dan perilaku pendengar dapat dipengaruhi melalui penggunaan musik dan efek suara. 

Keterbatasan bahan belajar kaset audio/CD seperti:
1.      Komunikasi satu arah
2.      Hanya mengandalkan indra pendengaran
3.      Biaya pengadaan untuk sasaran yang banyak jauh lebih mahal
4.      Sulit melakukan perbaikan, karena perbaikan biasanya menuntut diproduksinya rekaman baru
5.      Perlu berkali-kali dalam memperkirakan kecepatan penyajian materi verbal.
6.      Daya jangkaunya terbatas 

B.     Format Program Audio 
1.      Uraian (talk)
Uraian dapat berupa program yang berdiri sendiri atau dapat pula menjadi bagian program/komponen pokok dari suatu acara yang disajikan dalam bentuk lain. Sifat mendasar dari uraian adalah pembicaraan, yang dimaksudkan untuk memberikan informasi, penjelasan, dan penerangan, sehingga pesan yang disampaikan mudah dimengerti.
2.      Wawancara
Wawancara merupakan format program audio yang menampilkan dua pihak yang melakukan pembicaraan. Pihak pertama yaitu pewawancara yaitu orang yang bertugas mewawancarai pihak lain untuk mencari/memperoleh informasi dari seorang atau suatu kelompok melalui Tanya jawab. Pihak kedua yaitu orang yang diwawancarai.
3.      Diskusi 
Diskusi merupakan format program audio yang menampilkan beberapa orang yang mempunyai ide atau pendapat yang berbeda dalam memecahkan suatu masalah. Dalam diskusi biasanya dipimpin seorang moderator.
4.      Dialog
Dialog yaitu percakapan antara dua orang atau lebih untuk membahas suatu masalah. Agar dialog dapat berjalan dengan baik, maka pelaku dalam dialog itu harus seimbang dalam pengalamannya, pengetahuan, keahlian/pendidikan dan status sosialny.
a.       Drama/sandiwara
Drama merupakan sebuah ceritera/kisah yang dramatis, dalam arti menampilkan reaksi orang-orang apabila dihadapkan kepada suatu konflik.  Struktur dasar penulisan format drama meliputi empat tahap yaitu tahap pemaparan/eksposisi, penggawatan/kritis, tahap klimak, dan tahap peleraian/anti klimak.
b.      Ceritera (story) Story atau ceritera merupakan salah satu format program audio yang bentuknya mirip dengan uraian yaitu pada umumnya pesan diucapkan oleh satu orang hanya saja pesan yang disampaikan berupa kisah atau ceritera. 

C.     Penulisan Naskah Audio 
1.      Istilah-istilah Teknis dalam Penulisan Naskah Audio
a.       ANNX : singkatan dari Announcer, yaitu penyiar yang tugasnya memberitahukan bahwa suatu acara/program akan disampaikan.
b.      NAR :  singkatan dari narrator, yaitu hampir sama dengan announcer, hanya saja kalau apa yang disampaikan narrator sudah memasuki materi program, atau pemandu penyampaian materi.
c.       FX :  singkatan dari sound effect, yaitu bunyi selain suara manusia dan musik.
d.      FI :  Fade In, yaitu bunyi musik atau sound effect yang dimulai dengan suara halus  kemudian mengeras.
e.       FU :  singkatan dari Fade Up, yaitu bunyi musik yang masuk mengeras dengan segera.
f.        FO :  singkatan dari Fade Out, yaitu musik atau bunyi-bunyi perlahan-lahan hilang.
g.       HU :  Hold Up, yaitu bunyi tetap beradapada posisi keras.
h.       Hold Under :  Bunyi ditetapkan berada pada posisi rendah
i.         Cross Fade :  Musik atau suara yang terdahulu perlahan-lahan menurun sementara suarasuara baru perlahan-lahan naik, sampai suara yang lama menghilang. Dan suara yang baru mengeras.
j.        On mike :  Berbicara dekat dengan dengan mikrofon  
k.      Off Mike :  berbicara dekat dengan mikrofon.
l.         Fading On : pembicaraan sambil mendekat ke mikrofon.
m.     Fading Off :  Pembicaraan sambil menjauh dari mikrofon. 
2.      Beberapa Petunjuk untuk Menulis Naskah Audio
a.       Bahasa yang digunakan yaitu bahasa percakapan, bukan bahasa tulis.
b.      Gunakan kata-kata/kalimat sehari-hari dan mudah dimengerti oleh sebagian besar  pendengar
c.       Hindari kalimat-kalimat yang terlalu panjang, karena kalimat-kalimat yang panjang    sulit unutk ditangkap oleh telinga kita.
d.      Gunakan kalimat tunggal dan kalimat deskriptif. 
e.       Gunakan kalimat/kata-kata yang akrab, kita seolah-olah berbicara secara berhadap-     hadapan. 
3.      Langkah-langkah Penulisan Naskah Audio
a.       Menentukan Topik 
Hal yang perlu dipahami penulis naskah  dalam menentukan topik yaitu materinya harus memiliki sifat auditif. 
b.      Melakukan Riset Pendengar/Audience
Riset pendengar dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik calon pendengar kita. Karakteristik pendengar sangat penting untuk diketahui seorang penulis naskah, karena ketepatan dalam mengidentifikasi karakteristik/sifat-sifat pendengar, dan menentukan tingkat efektivitas/pemahaman pesan yang disampaikannya.
c.       Merumuskan Tujuan/kompetensi
Penetapan tujuan atau kompetensi serta indikator keberhasilan sangat penting dilakukan seorang penulis naskah sebelum menulis naskah agar penulis naskah memiliki arah yang jelas, sehingga dalam penyajian program dapat diikuti oleh pendengar dengan baik dan dapat diukur keberhasilannya
d.      Menentukan Pokok-pokok materi
Dalam menentukan materi program, penulis naskah cukup menuangkan kerangka isi/pokok-pokok materi penting yang akan dibahas secara sistematis. Uraian tentang pokok-pokok materi ini selanjutnya dijabarkan menjadi sebuah ringkasan ceritera pendek yang menggambarkan seluruh materi yang diaudiokan/dikasetkan. Ringkasan ceritera yang biasa dinamakan sinopsis. Kemudian sinopsis dijabarkan lagi menjadi treatment.   
e.       Menulis draft Naskah Audio 
Setelah sinopsis dan treatment dijabarkan, penulis naskah dapat memulai menuangkan materi ke dalam fullscript/naskah penuh program kaset audio. penulis naskah dapat memulai menuangkan materi ke dalam fullscript program kaset audio. Secara teknis dalam menulis naskah lembaran kertas dibagi dua yaitu sebelah kiri dan kanan. Sebelah kiri berisi hal-hal petunjuk seperti pelaku, musik dan efek suara/sound effect (FX) sedangkan sebelah kanan berisi narasi yang akan direkam. Adapun formatnya dapat digambarkan sebagai berikut:
    
Setelah draft naskah disusun, maka agar diperoleh hasil yang lebih baik, maka perlu dilakukan review naskah. Riview naskah dilakukan oleh berapa unsur  seperti penulis naskah,  ahli bidang studi, ahli media, dan pihak terkait lainnnya
 
D.    Prosedur Produksi Bahan Pembelajaran Audio 
1.      Penyusunan naskah
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam memproduksi bahan pembelajaran audio yaitu menyusun naskah. Agar diperoleh naskah yang baik, maka dapat dibuat draftnya terlebih dahulu baru dilakukan pengetikan.  
2.      Perbanyakan Naskah
Naskah yang telah selesai disusun dan sudah baik, kemudian diperbanyak/digandakan sesuai kebutuhan.
3.      Latihan
Secara umum latihan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu latihan kering (dry rehearsal) dan dan latihan basah (wet rehearsal). Latihan kering yaitu latihan yang dilakukan di luar studio. Pada kegiatan ini para pemain berlatih berbagai hal seperti membaca dan berdialog dengan pemain lain sesuai yang tertulis dalam naskah. Sedangkan latihan basah lebih ditekankan pada latihan beklerja sama antara pemain dengan para teknisi. 
4.      Rekaman
Langkah terakhir dari produksi yaitu rekaman. Rekaman pada tahap awal yaitu rekaman yang dilakukan dengan menggunakan open reel.  Setelah itu dilakukan editing, kemudian dibuat masternya, dan selanjutnya dibuat duplikatnya sesuai kebutuhan. Dari uraian di atas, jika digambarkan dalam skema akan tampak sebagai berikut: